BILIKMISTERI.WEB.ID –Kedatangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud tempo hari ke Indonesia berhasil menyedot perhatian publik. Berbagai persiapan serta pengawalan ketat disiapkan, dan berita kedatangan Salman menjadi topik menarik saat itu.
Namun, sebelum Raja Salman, 47 tahun silam, Raja Arab Saudi juga pernah mengunjungi Indonesia. Saat itu tepat pada tanggal 10 Juni 1970, Penguasa Arab Saudi ketiga, Raja Faisal, mengunjungi Indonesia pada era Pemerintahan Soeharto.
Lima tahun setelah kunjungan itu, hidup Raja Faisal berakhir tragis. Ia dibunuh oleh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Mus’ad yang baru saja pulang dari California pada 25 Maret 1975. Pembunuhan yang dilakukan Faisal bin Mus’ad pun menimbulkan berbagai kontroversi dari banyak pihak.
Pada tahun 1932, saat Raja Faisal berumur 20 tahun, ia diangkat menjadi Menteri Luar Negeri oleh ayahnya, Abdulaziz Al Saud. Raja Faisal yang menganut paham anti-komunis melakukan persekutuan dengan Amerika Serikat.
Sang Ayah saat itu mendapat undangan pertemuan dari Presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt yang baru pulang dari Konferensi Yalta. Pertemuan itu diadakan di kapal pesiar USS Quincy pada Februari 1945.
Hasil pertemuan menyatakan, AS wajib untuk melindungi Kerajaan Arab Saudi dan keluarga raja. Sebagai gantinya, AS mendapat pasokan minyak secara khusus dari Arab Saudi. Tak hanya itu, Roosevelt berjanji untuk tidak menyetujui sebuah negara Yahudi yang independen di Palestina.
Namun pada 5 April, Roosevelt menegaskan kepada Abdulaziz Al Saud secara tertulis untuk membatalkan janjinya. Tujuh hari kemudian, Roosevelt tewas.
Setelah kematian Roosevelt, kedudukannya digantikan oleh Presiden Harry S. Truman.
Saat kepemimpinan Truman, Raja Faisal merasa dikhianati karena Presiden ke-33 Amerika itu menyatakan dukungan terhadap pemecahan wilayah Palestina. Pada saat dilakukan voting partisi itu, Raja Faisal mengecam manuver dari penyuapan dan intimidasi yang memungkinkan Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memilih dua kali sehingga partisi itu bisa diwujudkan.
Namun, Raja Faisal yang telah mencoba meyakinkan para delegasi Arab justru mendapat kritikan. Puncaknya, Presiden Truman mengakui kedaulatan negara Israel setelah 15 menit proklamasi Israel.
Tahun 1964, Raja Faisal menggantikan tahta saudaranya yang dianggap tidak kompeten. Saat itu, Raja Faisal berhasil menyelamatkan negara dari kehancuran ekonomi dan melakukan modernisasi. Bulan April 1965, ia mengungkapkan pidatonya dalam Konferensi Islam Dunia untuk menghentikan pemekaran wilayah Israel.
Bentuk perlawanan Raja Faisal terhadap Israel dilakukan dengan cara mempromosikan perjuangan palestina ke lingkaran Pemerintahan AS untuk mendapatkan dukungan militer. Setelah kematian Raja Mesir, Gamal Abdel Nasser, pada tanggal 1970, Raja Faisal menjadi pendukung utama Presiden Palestina Yaseer Arafat dan Palestine Liberation Organization.
Berkat Raja Faisal, Arafat diterima di Majelis Umum PBB dan diperlakukan sebagai kepala negara. Di bawah kepemimpinan Nixon, Amerika Serikat mendukung Israel selama perang Yom Kippur Oktober 1973. Padahal, Mesir dan Suriah telah mencoba memulihkan wilayah mereka yang diduduki Israel secara ilegal. Setelah perang, bantuan militer AS untuk Israel semakin meningkat.
Untuk mengatasi hal itu, Raja Faisal menyatakan tidak akan meningkatkan produksi minyak jika Amerika Serikat tak memaksa Israel menarik diri dari wilayah-wilayah yang didudukinya. Nixon lantas mengutus anggota Central Intelligence Agency , Gral Vernon Walters untuk pertemuan rahasia dengan pemimpin The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Lalu pada Juli 1974, Nixon pergi ke Mesir, Arab Saudi, Suriah, Israel, Yordania dan menyatakan kekuasannya dan mengkritik Israel. Pada 6 agustus 1974, Nixon menyatakan bahwa ia memotong semua bantuan militer dan ekonomi pada Israel. Sayangnya, tak lama kemudian Nixon mengundurkan diri sebagai Presiden karena Skandal Watergate.
Nixon kemudian digantikan oleh Wakil Presiden Gerald Ford yang dikenal pro-israel. Ford kemudian meresmikan Yerussalem sebagai ibukota negara Yahudi. Keputusan itu lantas menyulut kemarahan Raja Faisal.
Tanggal 16 Agustus 1974, Faisal memutuskan untuk menggunakan ‘minyak’ sebagai senjatanya. Ia mengurangi volume minyak dengan harapan bisa memengaruhi kebijakan pro-israel.
Selanjutnya, ia juga menarik cadangan emas Saudi yang ada di sejumlah Bank Amerika Serikat. Kesepakatan akhirnya dinegosiasikan melalui utusan Faisal untuk Washington yaitu Menteri Pertahanannya, Sultan.
Sebagai kesepakatan, Raja Faisal menerima 1.000 penasihat militer Amerika untuk dijadikan Saudi National Guard yang bertugas menjaga pengeboran minyak dan keluarga kerajaan. Melalui keputusan itu, Raja Faisal menempatkan nasibnya dan keluarganya di tangan Amerika Serikat, dan berharap Amerika Serikat akan mengatur ulang kebijakan ME.
Sayangnya, pengaturan ulang kebijakan ME itu tak pernah terjadi. Raja Faisal dibunuh oleh keponakannya, Faisal Bin Musad. Sebagian orang beranggapan bahwa kondisi kejiwaan Faisal memang kurang sehat atau di bawah pengaruh narkoba. Namun, sebagian lagi mencurigai pembunuhan yang terjadi setelah Faisal pulang dari luar neger setelah sebelumnya sempat dilarang Raja Faisal ke luar negeri. Sedangkan Faisal Bin Musad sendiri telah dihukum mati dan misteri pembunuhan itu masih menjadi misteri sampai hari ini.
TOPIK LAINNYA
Nyi mas layung sari, bilik misteri, bokep ritual pesugihan, bokep genderowo, Ciri-ciri KETURUNAN Serunting Sakti, Tembok antartika menurut Al Quran, sipahit lidah keturunan siliwangi, Cara menjadi murid Sang Hyang Nur Cahyaning Nirwana, kesaktian angling darma vs siliwangi, missingqeu