BILIKMISTERI.WEB.ID – Tidak hanya lekat dengan dunia barat yang saat ini banyak diklaim sebagai ‘Kabahnya’ ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia Islam pun sangat akrab dengan sains sejak berabad-abad silam. Bahkan, agresi umat Islam di dunia sains sudah dimulai sejak abad ke-9.
Ketika itu, umat Islam yang perkembangannya masih banyak terpusat di kawasan Timur Tengah berada pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, tepatnya di bawa pemerintahan khalifah Al-Ma’mun ar-Rasyid.
Meskipun hanya bertahta selama 20 tahun, dari tahun 813 sampai 833, Al-Ma’mun telah disebut mampu membawa Islam sangat dekat dengan sains untuk pertama kalinya.
Setelah mengambil alih kekuasaan dari saudaranya Al-Amin, lewat perang saudara, Al-Ma’mun menjadi seorang khalifah yang mendukung perkembangan rasionalisme dan sains.
Salah satu buktinya adalah ketika Al-Ma’mun meraih kemenangan perang di Byzantium (kini Istanbul), khalifah ini meminta ganti rugi perang bukan berupa emas melainkan salinan buku astronomi karya Ptolemeus yang berjudul Almagest.
Selanjutnya Al-Ma’mun menyuruh anak buahnya untuk mencari buku-buku ilmiah terbaik di Byzantium dan penerjemah terbaik agar buku-buku Yunani itu bisa dibaca oleh umat Islam melalui bahasa Arab.
Al-Ma’mun kemudian diketahui memindahkan seluruh buku yang ada di perpustakaanya di Persia ke Baghdad (Irak) tempat Istananya berada.
Tidak hanya mendukung filosofi bangsa barat dan sains, Al-Ma’mun juga kemudian membangun pusat pendidikan yang diberi nama ‘Baitul Hikmah‘ atau ‘rumah kebijaksanaan’.
Di tempat itu, berkumpul akademisi Islam dan penerjemah buku-buku Yunani yang ketika itu kebanyakan adalah umat Kristen. Ini sekaligus jadi bukti kerukunan umat beragama yang telah terjalin sejak dulu.
Al-Ma’mun juga mendirikan sebuah pusat observasi astronomi Islam pertama di Shamsiya pada tahun 829. Pusat observasi itu menjadi tempat pembuktian teori astronomi kuno, misalnya jarak matahari dan gerakan planet.
Sayangnya, sebelum melihat buah kerja kerasnya di dunia sains bagi umat Islam, Al-Ma’mun tewas di racun di tahun 833.
Sebelum kematiannya, Al-Ma’mun meminta penerusnya untuk melanjutkan aturan-aturannya, termasuk di dunia sains, dan tidak membebani rakyat dengan pajak atau hal lain di luar kemampuan mereka.
Berkat ketekunannya mengembangkan sains itu, Al-Ma’mun dikenal sebagai ‘Khalifah Sains’. Sementara masa pemerintahannya disebut sebagai “Masa Keemasan Sains di Dunia Islam“, dimana banyak cendekiawan berhasil memenuhi potensi mereka soal ilmu pengetahuan.
TOPIK LAINNYA
Nyi mas layung sari, bilik misteri, bokep ritual pesugihan, bokep genderowo, Ciri-ciri KETURUNAN Serunting Sakti, Tembok antartika menurut Al Quran, sipahit lidah keturunan siliwangi, Cara menjadi murid Sang Hyang Nur Cahyaning Nirwana, kesaktian angling darma vs siliwangi, missingqeu