Prabu Jayabaya adalah orang yang pertama kali mempopulerkan istilah Trisula Wedha. Istilah ini disebutkan beberapa kali dalam ramalannya yang terkenal dengan ramalan Jayabaya.
Banyak orang yang tidak mempercayai ramalan itu terutama masyarakat di luar pulau Jawa. Sebagian lagi bersikap apatis namun tidak sedikit juga yang meyakini kebenarannya. Sebagian masyarakat Jawa menjadikan ramalan Jayabaya sebagai rujukan dalam mengamati setiap era perubahan zaman.
Ramalan Jayabaya menggunakan bahasa Jawa yang sangat halus. Tata bahasanya sangat indah menyejukkan sukma. Bila membacanya serasa kita terbuai dalam ayunan.
Kalimat yang digunakannya seperti bait-bait puisi mengalir lancar seperti air jernih dan bersih dari telaga suci. Bait-baitnya serasa hidup dan mengantar kita menembus lorong waktu ke masa silam ratusan tahun yang lampau.
Banyak menggunakan kausa kata dan kalimat-kalimat simbolik, jenaka dan samar-samar sehingga menimbulkan multitafsir bagi pembacanya. Lebih dari semua itu ramalam Jayabaya seperti sebuah wahyu yang musti diterima oleh pembaca secara apa adanya tanpa koreksi ataupun catatan. Sungguh mengagumkan!.
Jayabaya meramalkan akan munculnya seorang dewa berbadan manusia yang bersenjatakan Trisula Wedha. “Dewa” memiliki konotasi pada tataran dimensi dunia gaib sedang “manusia” memiliki dimensi pada tataran dunia nyata.
Itu berarti dewa yang diprediksi oleh Jayabaya akan muncul adalah seorang manusia yang hidup dan beraktifitas seperti manusia pada umumnya. Semua aktivitas yang dilakukan orang itu berdimensi ganda yaitu dimensi di dunia gaib dan dimensi di dunia nyata pada waktu yang bersamaan.
Orang itu adalah SATRIO PININGIT. Satrio (seorang ksatria) dan Piningit (yang menyembunyikan diri) memiliki aktivitas di dunia nyata dan gaib. Sifat dan karakter Satrio Piningit di dunia nyata berbeda dengan sifat dan karakter Satrio Piningit di dunia gaib.
Sifat dan karakter itu dilakoni seorang diri. Jayabaya secara terang benderang sudah memisahkan mana sifat dan karakternya di dunia nyata dan mana sifat karakternya di dunia gaib. Identifikasi itu sangat jelas di dalam ramalan tersebut.
Dalam ramalannya, Jayabaya menyebut beberapakali kata Trisula Wedha namun hanya sekali saja Jayabaya memberi perincian makna Trisula Wedha yaitu “benar, lurus, jujur”. Oleh karena ramalan Jayabaya ini seperti sebuah wahyu yang suci maka kita semua, termasuk saya pribadi menerima apa adanya sebagaimana yang disajikan bahwa Trisula Wedha adalah benar, lurus, jujur.
Yang mencengangkan kita semua adalah ketika muncul sebuah tulisan di internet yang berjudul “SATRIO PININGIT TELAH MUNCUL”. Penulis artikel ini tidak mencantumkan namanya. Penulis artikel itu menafsirkan Trisula Wedha sangat jauh berbeda dengan apa yang kita yakini selama ini. Penulis artikel telah menghancurkan leburkan tata nilai dan meluluh lantakkan keyakinan yang selama ini kita bangun dan pelihara secara turun temurun. Dalam artikel SATRIO PININGIT TELAH MUNCUL hal. 2 penulis artikel itu mengatakan:
“Satrio Piningit telah muncul dengan membawa senjata “Trisula Wedha”. Senjata Trisula atau tiga sila atau tiga dasar adalah laku peran dia sebagai Imam Mahdi, Yesus Kristus dan Nabi Isa. Itulah yang dimaksud dengan Senjata Trisula”.
Artikel SATRIO PININGIT TELAH MUNCUL telah berhasil mengguncang dunia maya. Sontak para pembaca mulai ribut. Kebanyakan diantara mereka melontarkan fitnah keji, dengan menggunakan kata-kata kasar dan kotor yang ditujukan kepada penulis artikel.
Sebagian pembaca memberi komentar sinis bernada menghasut. Yang membuat kita tercengang adalah banyak juga pembaca yang memberi komentar mendukung kebenaran artikel itu. Lebih mengherankan lagi penulis artikel tidak pernah memberi klarifikasi apalagi memberi pencerahan kepada pembacanya.
Saat pertama kali membaca artikel itu dada saya terasa sesak dan jantung saya berdenyut kencang. Entah saya tegang mungkin juga gugup. Tentu, tidak dengan serta merta saya menerima artikel SATRIO PININGIT TELAH MUNCUL sebagai sebuah kebenaran.
Karena itu saya melakukan kajian secara husus dan mendalam dengan kekuatan logika saya sembari memohon bantuan “energi murni” Yang Maha Kuasa. Energi murni mutlak dibutuhkan mengingat ramalan Jayabaya memiliki nuansa wahyu yang suci dan terjaga. Konsentrasi kajian pada misteri “TRISULA WEDHA”. Hasil kajian saya tulis dengan harapan semoga membawa manfaat yang positif bagi kita semua. Amin.
Makna dan Kegunaannya
TRISULA WEDHA bermakna ganda yaitu sebagai berikut:
- Sumber kekuatan. Ramalan menamakannya “Senjata” yang dapat dimaknai sebagai sebuah sarana yang digunakan untuk menunjukkan kekuatan sekaligus sebagai alat perlindungan diri.
- Pedoman hidup di dunia nyata yang diaplikasikan dalam bentuk laku dan perbuatan sehari-hari yang dapat dimanifestasikan sebagai sifat dan karakter yang menyatu dan melekat pada diri seseorang.
Dimensinya
TRISULA WEDHA memiliki dimensi ganda yaitu:
- Sebagai sumber kekuatan (senjata) dimensinya di dunia gaib sehingga tidak bisa dilihat secara kasat mata dan tidak bisa diketahui.
- Sebagai pedoman hidup dimensinya di dunia nyata artinya dapat dilihat dan diketahui.
Pemiliknya
Pemilik TRISULA WEDHA ada dua yaitu:
- Satrio Piningit dalam kedudukannya sebagai pemimpin
- Individu-individu atau orang perorang yang selama ini diasuh oleh Satrio Piningit (anak asuhnya) jika orang-orang ini bersatu dalam jumlah kecil disebut kelompok. Jika kelompok-kelompok membentuk persatuan disebut komunitas. Jika komunitas bersatu dalam jumlah yang massif disebut rakyat. Jika rakyat bersatu secara keseluruhan tanpa dibatasi oleh sekat-sekat agama dan batasan wilayah negara maka disebut ummat manusia.
Oleh: Yaman Al Bughury
Bersambung
TOPIK LAINNYA
Nyi mas layung sari, bilik misteri, bokep ritual pesugihan, bokep genderowo, Ciri-ciri KETURUNAN Serunting Sakti, Tembok antartika menurut Al Quran, sipahit lidah keturunan siliwangi, Cara menjadi murid Sang Hyang Nur Cahyaning Nirwana, kesaktian angling darma vs siliwangi, missingqeu